Bekali Karyawan Persiapan Penanggulangan Bencana, PIM Gelar Sosialisasi Tanggap Darurat 2019

Sebagai bentuk persiapan dalam menanggulangi keadaan darurat, PIM menggelar sosialisasi tanggap darurat pada 19-20 Desember 2019 di ruang Teuku Umar Gedung Pertemuan. Narasumber dalam acara ini adalah Fazli,SKM, M.Kes yang berasal dari Badan Penanggulangan Bencana Aceh  (BPBA) dan turut dihadiri oleh para undangan yang berasal dari BPBA, BMKG, RAPI, ORARI, dan unsur Muspika Dewantara.
Direktur Produksi, Teknik, dan Pengembangan Pranowo Tri Nusantoro menjelaskan bahwa perencanaan penanggulangan keadaan darurat merupakan sebuah keharusan di PIM. Oleh karena itu, Pelatihan rutin Penanggulangan keadaan darurat menjadi salah satu prioritas Perusahaan dalam menjamin keberlangsungan operasional perusahaan.
General Manager Produksi, Jaka Kirwanto menjelaskan bahwa STD telah dimandatkan dalam PP No 50 tahun 2012 tentang penerapan SMK3.  Jokir menambahkan bahwa simulasi yang dilakukan pada 20 Desember 2019 terkait keadaan darurat kategori III yaitu Gempa Bumi, Tsunami, dan Gas Release. Rangkaian simulasi tanggap darurat dilakukan di tiga titik, yaitu area pabrik, perkantoran, dan lingkungan sekitar pabrik.
Narasumber dari BPBA, Fazli, SKM, M.Kes memaparkan bahwa Indonesia berada di kawasan penuh gunung berapi yang dikenal dengan Ring of Fire atau cincin api sehingga sangat berpotensi terjadi bencana dalam berbagai bentuk kapanpun dan dimanapun. Oleh karena itu, menurut Fazli sangat penting untuk melakukan persiapan sehingga ketika keadaan darurat terjadi seluruh elemen pemerintahan dan masyarakat telah mengetahui apa yang harus dilakukan sesuai kapasitasnya masing-masing.
Lebih lanjut, Fazli menjelaskan bahwa saat ini BPBA dan instansi terkait lainnya mulai mendorong partisipasi aktif masyarakat untuk melakukan evakuasi mandiri sehingga tidak perlu menunggu arahan dan panduan dari instansi berwenang. Fazli mencontohkan, ketika terjadi gempa yang membuat tubuh sempoyongan hingga tidak dapat berdiri dan kepala menjadi pusing, itu merupakan indikator gempa dengan skala di atas 7.0 richter dan berpotensi tsunami. Jika hal tersebut terjadi, Fazli menyarankan agar segera menjauh dari area sekitar pantai dan menuju ke tempat-tempat yang tinggi.
Fazli menambahkan bahwa rencana kontinjensi perlu disusun dan disimulasikan secara rutin. Rencana kontinjensi ini nantinya perlu adanya keterlibatan dan koordinasi antar berbagai pihak sehingga target dan output yang ditetapkan dapat dicapai dengan sukses dan lancar. (Wh)