Tokyo - Dalam upaya mendukung Sustainable Development Goals (SDGs) yang terkait climate action terutama pengurangan emisi karbon dunia, PT Pupuk Indonesia (Persero) telah menandatangani Nota Kesepahaman dengan Mitsui & Co pada tanggal 31 Agustus 2021 lalu terkait rencana pengembangan blue ammonia. Dalam mewujudkan hal tersebut, Pupuk Indonesia telah menunjuk PIM sebagai salah satu lokasi pemanfaatan prgram blue ammonia dengan pertimbangan lokasi dan fasilitas infrastruktur yang telah tersedia di PIM dan lokasi sekitarnya.
PIM mempunyai sumber CO2 yang dihasilkan di pabrik existing baik berupa excess maupun berupa feed untuk pabrik urea. Selain itu, lokasi PIM berada dekat dengan sumur oil & gas yang mempunyai reservoir dengan kapasitas besar yang dapat dijadikan sebagai fasilitas untuk penyimpanan CO2 atau sering dikenal dengan istilah Carbon Capture Storage (CCS). Selain itu, disekitar lokasi PIM telah dilengkapi dengan jaringan perpipaan untuk mendukung implementasi progam blue ammonia.
Menindaklanjuti rencana implementasi blue ammonia tersebut, Mitsui akan menyusun kajian implementasi blue ammonia di Indonesia dengan dukungan penuh dari Pupuk Indonesia dan anak perusahaannya. Sebagai tindak lanjut, Pupuk Indonesia dan PIM bersama dengan Mitsui telah melakukan kick off meeting untuk mempercepat rencana implementasi kajian tersebut. Kick Off meeting dilaksanakan di kantor pusat Mitsui di Tokyo pada tanggal 05 Juli 2022 yang dihadiri oleh Manajemen dari masing-masing pihak.
Pupuk Indonesia dihadiri oleh Bakir Pasaman selaku Direktur Utama, PIM dihadiri oleh Budi Santoso Syarif sebagai Direktur Utama, serta Mitsui dihadiri oleh Kenichi Asano (General Manager Methanol & Ammonia Division). Selain itu serangkaian acara kick off meeting yang dilanjutkan penandatangan Nota Kesepahaman antara Mitsui, Pupuk Indonesia, dan PIM turut dihadiri oleh Duta Besar Indonesia untuk Jepang, Heri Akhmadi dan Staf Ahli Bidang Industri Kementerian BUMN, Rabin Indrajad Hattari.
Dalam pertemuan tersebut, Kenichi Asano dari sisi Mitsui menyampaikan rasa terima kasih atas kunjungan tim dari Pupuk Indonesia Group, yang mana telah menjalin hubungan yang cukup lama dengan Mitsui terutama dalam hal trading ammonia. Lebih lanjut Asano menyatakan, Pemerintah Jepang sangat concern terhadap rencana konversi energi dan untuk tahap awal telah dimulai dengan sistem Co-Firing di beberapa power plant di Jepang dan blue ammonia merupakan potensi bagus untuk sumber energi di masa depan dan Mitsui dengan pengalaman panjang dalam trading ammonia siap berkolaborasi dengan Pupuk Indonesia Group untuk mewujudkan hal tersebut.
Direktur Utama PT Pupuk Indonesia (Persero), Bakir Pasaman, sebagai holding sangat mendukung rencana kerjasama blue ammonia ini. Pupuk Indonesia telah mempunyai roadmap program dekarbonisasi melalui pemanfaatan sumber energi bersih yang berasal dari energi terbarukan untuk pabrik-pabrik pupuk di masa mendatang. Selain optimalisasi pemanfaatan CO2 sebagai bahan baku, juga pengembangan blue ammonia. Pupuk Indonesia sebagai holding Pupuk di Indonesia telah memiliki MoU dengan PLN dan Pertamina untuk pengembangan green industry cluster melalui penyediaan energi dalam pengembangan blue ammonia.”
Bakir menambahkan, CO2 yang dihasilkan dari Pabrik Ammonia nantinya dapat diinjeksi ke sumur oil & gas untuk menambah tonase oil recovery. Hal ini berpotensi meningkatkan profit bagi Pupuk Indonesia Group. "Untuk tahap awal kami menjadikan PIM sebagai pilot project, hal ini terkait dengan beberapa kelebihan yang dimiliki PIM untuk merealisasikan rencana pengembangan blue ammonia tersebut," terangnya.
Direktur Utama PT Pupuk Iskandar Muda, Budi Santoso Syarif menyampaikan, “Salah satu rencana PIM ke depan adalah mengembangkan Blue Ammonia di lahan IMIA dimana kita telah memiliki beberapa fasilitas yang cukup lengkap di PIM dan di lokasi sekitar Perusahaan. Dalam rencana implementasi tersebut dan dengan adanya potensi sumber gas baru, tidak menutup kemungkinan untuk membangun Pabrik Ammonia baru dan PIM telah memiliki lahan yang sangat potensial untuk merealisasikan hal tersebut”.
Lebih lanjut Budi menambahkan, karbon dioksida (CO2) yang dihasilkan di pabrik Ammonia akan dicapture dan ditreatment lebih lanjut dalam bentuk CCS (Carbon Capture Storage) atau CCUS (Carbon Capture Utilization Unit) sehingga ammonia yang diproduksi menjadi Blue Ammonia. Hal ini akan meningkatkan nilai tambah dari penjualan produk ammonia PIM.
Saat ini penggunaan Blue Ammonia dimanfaatkan sebagai bahan bakar tanpa karbon yang ramah lingkungan. Hal ini sejalan dengan deklarasi Paris Agreement oleh 196 negara tahun 2015 dalam rangka mengawal reduksi emisi CO2 yang efektif mulai berlaku tahun 2020. Secara komersil, Blue Ammonia telah mulai dipasarkan secara global dan Jepang telah mulai menggunakan Blue Ammonia sebagai bagian dari program NZE (Net Zero Emission) 2050 dimana mereka berencana mengkonversi semua pembangkit listrik dari batubara ke Blue dan Green Ammonia mulai tahun 2030.